MonitorUpdate.com – Banjir kembali melumpuhkan kawasan Pondok Maharta, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Meski genangan telah terjadi sejak Senin malam (7/7/2025), air belum juga surut hingga Selasa siang kemarin.
Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie, datang meninjau lokasi dan menjanjikan bantuan logistik, namun langkah-langkah darurat ini dinilai tidak menyentuh akar persoalan.
Banjir di Pondok Maharta bukan kejadian baru. Setidaknya sejak 2020, kawasan ini tercatat sebagai langganan banjir musiman. Namun hingga kini, belum ada sistem pengendalian banjir yang benar-benar tuntas dibangun.
“Saya lihat langsung bahwa banjir masih tinggi karena curah hujan kemarin sangat deras. Kita sudah kerahkan pompa air,” ujar Benyamin saat meninjau lokasi.
Menurut data Pemkot Tangsel, sebanyak 400 kepala keluarga (KK) terdampak dan tersebar di RW 9, 10, dan 11. Pemerintah menjanjikan distribusi bantuan makanan serta menyiagakan tim BPBD dan Dinas Kesehatan.
Namun publik bertanya-tanya: mengapa kawasan ini tetap tergenang setiap tahun meski pemerintah rutin memberikan reaksi cepat?
Reaksi Cepat, Tapi Tanpa Perencanaan Jangka Panjang
Sejumlah aktivis lingkungan menilai penanganan banjir di Tangsel masih sangat reaktif dan seremonial.
“Masalahnya bukan sekadar pompa air atau makanan darurat. Ini tentang tata ruang dan alih fungsi lahan yang dibiarkan terus-menerus,” kata Febriansyah, pengamat tata kota dan lingkungan dari Universitas Trisakti.
Menurut Febri, pembangunan hunian tanpa mempertimbangkan daya dukung lingkungan memperparah risiko banjir di wilayah seperti Pondok Maharta yang dulunya adalah kawasan resapan air.
“Banjir ini bukan bencana alam semata, tapi bencana kebijakan yang tidak berbasis mitigasi jangka panjang,” tegasnya.
Alih Fungsi Lahan dan Drainase Minim Kapasitas
Studi Dinas Lingkungan Hidup Tangsel pada 2023 menunjukkan bahwa lebih dari 200 hektare ruang terbuka hijau di Tangsel telah beralih fungsi dalam satu dekade terakhir. Drainase di sebagian wilayah juga belum terintegrasi dengan sistem pengendalian banjir terpadu, seperti kolam retensi atau normalisasi sungai.
Sementara itu, pembangunan permukiman terus meningkat. Badan Pusat Statistik mencatat, Tangsel mengalami lonjakan jumlah penduduk sebesar 12% dalam lima tahun terakhir, dengan pertumbuhan perumahan yang tinggi di wilayah padat seperti Pondok Aren dan Ciputat.
“Akibatnya, air hujan tidak bisa terserap optimal dan meluber ke permukiman,” ujar Febri.
Warga Menunggu Kepemimpinan Berbasis Solusi, Bukan Sekadar Tinjauan
Warga Pondok Maharta menyambut baik kedatangan Wali Kota, namun berharap lebih dari sekadar kunjungan.
“Kami apresiasi bantuan dan pompa air, tapi ini terjadi tiap tahun. Kami butuh solusi, bukan simpati,” kata Teti (39), warga RW 10, yang rumahnya terendam setinggi lutut.
Hingga berita ini diturunkan, genangan air masih terlihat di sejumlah blok perumahan. Warga menanti bukan hanya logistik, tapi komitmen politik yang berani menyelesaikan akar masalah: tata kota yang berpihak pada kelestarian lingkungan, bukan hanya investasi properti. (01MU)