Ratusan Relawan Jepang Siap Bantu Pengajaran Bahasa di Sekolah Menengah Indonesia

 

MonitorUpdate.com — Sebanyak 119 relawan dari Jepang atau NIHONGO Partners akan mulai bertugas di berbagai sekolah menengah di Indonesia mulai Agustus 2025.

Mereka akan menjadi mitra guru bahasa Jepang untuk membantu pembelajaran bahasa dan memperkenalkan budaya Jepang kepada siswa, sekaligus belajar budaya Indonesia secara langsung dari masyarakat setempat.

Program ini merupakan bagian dari kerja sama antara The Japan Foundation dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, serta Kementerian Agama RI. Sejak diluncurkan pada 2014, program ini telah mengirimkan lebih dari 1.000 mitra pengajar ke Indonesia—jumlah terbanyak di antara negara-negara Asia yang ikut serta.

“Kehadiran NIHONGO Partners bukan hanya membantu guru dalam kegiatan belajar-mengajar, tapi juga memperkaya pengalaman siswa melalui praktik percakapan langsung dengan penutur asli dan interaksi budaya yang otentik,” kata perwakilan The Japan Foundation.

Tahun ini, pengiriman dibagi dalam dua gelombang, dan kelompok pertama dari gelombang 22A yang akan ditugaskan ke wilayah Jabodetabek akan memulai orientasi di Jakarta pada 12 Agustus 2025, disusul dengan penempatan langsung di sekolah masing-masing.

Para relawan berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari mahasiswa hingga pensiunan profesional, yang telah dibekali pelatihan untuk mendukung pembelajaran di kelas.

Selain mengajarkan bahasa Jepang, mereka juga diharapkan dapat menumbuhkan rasa saling pengertian antarbudaya dan memperluas wawasan global para siswa Indonesia.

Meningkatkan Pembelajaran Bahasa Asing yang Bermakna
Dalam konteks pendidikan menengah, kehadiran NP menjadi peluang langka bagi siswa untuk mempraktikkan bahasa Jepang dengan penutur asli, yang selama ini hanya bisa diakses melalui media atau sumber belajar daring.

“Melalui interaksi langsung, siswa bisa belajar pelafalan, ekspresi budaya, bahkan nilai-nilai sosial dari Jepang yang tidak selalu tertuang dalam buku teks,” kata seorang guru bahasa Jepang di Jakarta yang sebelumnya menerima NP di sekolahnya.

Sebaliknya, para NP juga diajak untuk mengenal kehidupan sosial, budaya lokal, dan sistem pendidikan Indonesia. Pengalaman ini akan menjadi bekal penting saat mereka kembali ke Jepang untuk menjadi duta pertukaran budaya yang lebih inklusif.

Dengan jangkauan penempatan di 12 provinsi—mulai dari Jabodetabek, Sumatera, Jawa, Bali, NTB, hingga Sulawesi—program ini tidak hanya memperluas cakupan pendidikan bahasa Jepang, tetapi juga memperkuat jejaring pembelajaran lintas budaya di seluruh Indonesia.

(MU01)

Share this article