Perempuan Muslim dari 12 Negara Kumpul di Padang, Bahas Kepemimpinan dan Lingkungan

 

MonitorUpdate.com – Di tengah meningkatnya urgensi isu keberlanjutan dan perubahan iklim, perempuan Muslim dari 12 negara berkumpul di Padang, Sumatera Barat, untuk merumuskan peran strategis mereka sebagai agen perubahan.

Pertemuan bertajuk International Women Leadership Training ini digelar pada 11–15 Juli 2025 oleh Pimpinan Pusat Wanita Islam (PP-WI) bekerja sama dengan Women’s Wing RISEAP, sayap organisasi dakwah regional Asia Tenggara dan Pasifik.

Kegiatan ini menyoroti hubungan antara nilai-nilai Islam, kepemimpinan perempuan, dan keberlanjutan lingkungan. Tema besar yang diangkat adalah Empowering Muslim Women to Lead Sustainable Change, mencerminkan dorongan agar perempuan tidak hanya menjadi objek pembangunan, melainkan pelaku utama transformasi sosial dan ekologi.

“Perempuan Muslim dapat menjadi pemimpin perubahan dengan belajar bersama dan mengimplementasikan nilai-nilai Islam dalam menjaga bumi,” ujar Ketua Umum PP-WI, Marfuah Musthofa.

Pelatihan ini diikuti delegasi dari Malaysia, Singapura, Australia, Maladewa, Kamboja, Brunei Darussalam, hingga Myanmar. Hadir pula tokoh-tokoh penting seperti Dato’ Hajjah Hanifah Hajar Taib, Wakil Menteri Ekonomi Malaysia sekaligus Ketua Women’s Wing RISEAP, serta Dato’ Dr. Marzuki Omar, Sekretaris Jenderal Kehormatan RISEAP.

Empat tema besar dikaji dalam pelatihan ini: kesadaran ekologi dalam ajaran Islam, figur perempuan Muslim sebagai agen perubahan, kolaborasi lintas negara untuk masa depan berkelanjutan, serta pentingnya suara perempuan dalam kerja-kerja advokasi lingkungan.

Bagi peserta dari negara-negara Asia Tenggara, pelatihan ini tidak hanya berfungsi sebagai forum intelektual, tapi juga ruang solidaritas antar-perempuan lintas batas negara. Berbagai praktik baik dibagikan, mulai dari pengelolaan pesisir di Maladewa, pertanian komunitas di Indonesia, hingga pengelolaan sampah dari Filipina dan Australia.

Menurut Hanip Pujiati, Sekretaris Jenderal Wanita Islam, ruang-ruang seperti ini sangat penting untuk mengisi kekosongan representasi perempuan dalam diskursus keberlanjutan. “Kami ingin perempuan Muslim berbicara atas nama pengalaman mereka, bukan sekadar jadi pelengkap narasi global,” ujarnya.

Tak hanya berisi diskusi, kegiatan ini juga menyisipkan momen diplomasi budaya. Gala dinner dan kunjungan ke Rumah Gadang Baiturrahman menjadi medium perkenalan budaya Minangkabau yang dikenal matrilineal dan menjunjung tinggi nilai syariah.

Di hari terakhir, para peserta mengunjungi Istana Pagaruyung dan Ngarai Sianok, dua lokasi historis yang mempertemukan adat, alam, dan spiritualitas.

Pelaksanaan pelatihan ini menunjukkan bahwa perjuangan perempuan Muslim terhadap isu keberlanjutan tidak bisa dilepaskan dari konteks lokal dan keimanan. Sebuah narasi tandingan atas dominasi wacana pembangunan yang kerap mengabaikan nilai-nilai spiritual dan komunitas akar rumput.

“Dengan semangat perempuan berdaya, bumi lestari, kami ingin meninggalkan jejak bukan hanya dalam wacana, tapi dalam aksi nyata,” tutup Sri Hayati Maigus, Ketua Panitia Lokal sekaligus istri Wakil Wali Kota Padang.

(mu01)

Share this article