Ketika Wisman ke Jawa Barat Anjlok, Wisatawan Lokal Jadi Penopang Utama

kampung sampireun
Kampung Sampireun, Garut, Jawa Barat. Photo: Tripadvisor

MonitorUpdate.com – Pariwisata Jawa Barat makin menunjukkan jurang kontras. Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk lewat Bandara Kertajati, Majalengka, terus merosot tajam, sementara perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) justru melonjak dan menjadi tulang punggung utama.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat mencatat, pada Juli 2025 kunjungan wisman melalui Bandara Kertajati hanya 263 kunjungan, turun 48,73 persen dibanding bulan sebelumnya dan anjlok 80,73 persen dibanding Juli 2024 yang mencapai 1.365 kunjungan. Wisman asal Singapura masih mendominasi dengan kontribusi hampir 40 persen.

Baca juga: Beberapa Destinasi Wisata Sambil Menikmati Buah Durian di Banten

Sebaliknya, sepanjang Januari–Juli 2025, jumlah perjalanan wisatawan nusantara ke Jawa Barat mencapai 124,86 juta perjalanan, naik 31,30 persen dibanding periode sama tahun lalu.

Bogor, Bandung, Bekasi, dan Depok tetap menjadi destinasi favorit dengan kontribusi lebih dari 50 persen dari total perjalanan. Kabupaten Bogor mencatat perjalanan terbanyak, yakni 18,16 juta perjalanan.

Update terbaru dari BPS Jawa Barat per Agustus 2025 memperkuat tren ini. Wisatawan nusantara masih mendominasi hampir seluruh kunjungan destinasi.

Dari 51.599 kunjungan di objek wisata Jawa Barat pada Agustus, sebanyak 51.361 adalah wisnus, sementara wisman hanya 238 kunjungan. Pada sektor akomodasi, tercatat 5.544 kunjungan, terdiri dari 5.362 wisnus dan hanya 182 wisman.

BPS juga mencatat, pada Juli 2025 perjalanan wisnus ke Jawa Barat mencapai 18,75 juta perjalanan. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel gabungan bintang dan non-bintang pada Juni 2025 berada di angka 37,50 persen. Rata-rata lama menginap wisatawan di hotel bintang hanya 1,40 malam, dan non-bintang 1,09 malam.

Alarm untuk Pasar Internasional
Kondisi ini menegaskan pariwisata Jawa Barat masih sangat bergantung pada pasar domestik. Lonjakan wisatawan lokal memang menyelamatkan, tapi jebloknya kunjungan asing melalui Bandara Kertajati jadi alarm serius.

Tanpa strategi promosi internasional yang agresif, perbaikan konektivitas penerbangan, dan pembenahan destinasi agar ramah turis asing, Jawa Barat berisiko semakin tertinggal dari Bali dan Yogyakarta dalam memperebutkan pasar global.

(MU01)

Share this article