Prabowo Dapat Standing Ovation di PBB, Dino Patti Djalal: A Speech to Remember

Dito Pati Djalal
Eks Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal. Photo: Viva

MonitorUpdate.com – Pidato Presiden Prabowo Subianto di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80, Selasa (23/9/2025), mendapat sorotan luas. Disampaikan dengan penuh energi, pidato itu disambut delapan kali tepuk tangan hingga berujung standing ovation dari para delegasi dunia.

Eks Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal tak segan menyebut pidato tersebut sebagai “a speech to remember” yang akan dikenang dalam sejarah diplomasi Indonesia.

“Sebagai speech writer Presiden SBY, saya merasa bangga dan terharu melihat pidato Presiden Prabowo di PBB hari ini,” kata Dino dalam unggahan di akun Instagram @dinopattidjalal, Rabu (24/9/2025).

Baca juga: Sepanggung dengan Trump dan Lula, Prabowo Bawa Agenda Reformasi Dunia ke PBB

Indonesia “Kembali” ke Diplomasi Multilateral
Menurut Dino, kehadiran Prabowo mengirim sinyal kuat bahwa Indonesia kembali aktif dalam diplomasi multilateral.

“Pesan penting dari pidato Presiden adalah Indonesia is back in multilateral diplomacy,” ujar mantan Dubes RI untuk Amerika Serikat itu.

Ia menilai momen ini krusial karena selama 11 tahun terakhir, Presiden Joko Widodo tidak pernah menghadiri Sidang Umum PBB secara langsung. Absensi itu, menurut Dino, sempat menimbulkan persepsi negatif. “Walau Indonesia tetap aktif, ada kesan bahwa kita memunggungi diplomasi multilateral,” ujarnya.

Isi Pidato: Net Zero, SDGs, Palestina
Dalam pidatonya, Prabowo menegaskan komitmen Indonesia menuju net zero emission 2060 atau lebih cepat, dengan fokus pada energi terbarukan. Ia juga menyoroti pentingnya mempertahankan agenda Sustainable Development Goals (SDGs) di tengah kecenderungan negara-negara besar mengalihkan dana pembangunan untuk rivalitas geopolitik.

Soal Palestina, Prabowo kembali menekankan dukungan Indonesia terhadap solusi dua negara (two-state solution). “Jika Israel mengakui kemerdekaan Palestina, maka Indonesia akan memberikan pengakuan diplomatik kepada Israel. Sikap ini konsisten dengan posisi negara-negara Arab dan mayoritas dunia,” jelas Dino.

Antara Diplomasi dan Panggung Politik
Meski mendapat sambutan meriah, pidato Prabowo juga memunculkan catatan kritis. Kehadirannya di forum PBB kontras dengan gaya pendahulunya, Jokowi, yang memilih jalur diplomasi ekonomi bilateral dan pertemuan regional ketimbang forum multilateral.

Prabowo tampak ingin mengembalikan citra Indonesia sebagai pemain aktif di panggung global. Dengan gaya berapi-api, ia delapan kali menghentakkan tangan di mimbar, seakan menegaskan pesan bahwa Indonesia tak ingin dipandang sebelah mata.

Namun, tantangan ke depan adalah konsistensi. Komitmen net zero, dukungan SDGs, dan solusi dua negara bagi Palestina masih membutuhkan langkah konkret, bukan sekadar retorika. Di sinilah dunia akan menilai apakah pidato Prabowo benar-benar menjadi tonggak baru, atau hanya momen sesaat.

Pidato yang Layak Dikenang
Meski begitu, bagi Dino Patti Djalal, pidato Prabowo sudah memberi dampak simbolis. “Ini adalah a speech to remember. Pidato yang akan diingat dan dipelajari mahasiswa hubungan internasional. Saya beri dua jempol untuk Presiden Prabowo,” ujarnya.

Prabowo sendiri mendapat giliran ketiga berpidato di hadapan forum dunia tersebut. Pidatonya disambut delapan kali tepuk tangan dan ditutup dengan standing ovation—momen yang menandai debutnya di PBB sebagai Presiden RI sekaligus penegasan kembali posisi Indonesia di percaturan global.

(MU01)

Share this article