Ambruknya Ponpes Al Khoziny, DPR Ingatkan: Jangan Lagi Nyawa Santri Jadi Korban Tata Kelola Bobrok

Anggota Komisi V DPR RI, Sudjatmiko. (Photo: Today News).
Anggota Komisi V DPR RI, Sudjatmiko. (Photo: Today News).

MonitorUpdate.com – Tragedi runtuhnya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo menuai sorotan tajam dari DPR. Anggota Komisi V DPR RI, Sudjatmiko, menegaskan peristiwa ini bukan sekadar kecelakaan teknis, melainkan tragedi kemanusiaan yang harus dijadikan pelajaran nasional untuk memperbaiki tata kelola pembangunan di Indonesia.

Karena itu, Sudjatmiko menyerukan agar ambruknya bangunan Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, dijadikan momentum perubahan dalam budaya konstruksi nasional. Menurutnya, tragedi yang merenggut nyawa santri ini menjadi alarm keras atas rapuhnya sistem pembangunan di Tanah Air.

“Bangunan pendidikan adalah ruang kehidupan. Kalau ia runtuh karena salah perhitungan, itu bukan sekadar kecelakaan teknis, tapi tragedi kemanusiaan,” kata Sudjatmiko dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (5/10/2025).

Baca Juga: Tragedi Ponpes Sidoarjo: Kapolda Jatim Sebut 58 Orang Masih Hilang, 11 Korban Ditemukan

Ia menilai, pembangunan yang dilakukan tanpa perencanaan matang memperlihatkan bahwa keselamatan belum ditempatkan sebagai prioritas utama. “Selama pembangunan masih dianggap cukup dengan niat baik tanpa disiplin teknis dan pengawasan ketat, risiko tragedi seperti ini akan terus berulang,” ujarnya.

Politisi PKB itu menekankan bahwa setiap kegagalan bangunan harus diperlakukan sebagai peringatan keras. “Setiap kesalahan struktur adalah sinyal ada yang tidak beres dalam sistem kita, baik dari sisi regulasi, pengawasan, maupun kesadaran masyarakat,” tegasnya.

Sudjatmiko juga mengajak seluruh pihak, mulai dari pemerintah, asosiasi profesi, hingga lembaga pendidikan teknik, untuk menjadikan tragedi Al Khoziny sebagai titik balik. Menurutnya, kualitas bangunan pesantren seharusnya menjadi bukti keseriusan negara dalam melindungi generasi muda.

“Pesantren bukan hanya tempat belajar agama, tapi juga tempat tumbuhnya masa depan bangsa. Karena itu, keselamatan mereka adalah tanggung jawab kita semua,” tuturnya.

Bangunan Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo ambruk pada Jumat (3/10/2025). Puluhan santri menjadi korban dalam peristiwa itu, beberapa di antaranya dilaporkan meninggal dunia.

Tim gabungan, termasuk kepolisian dan DVI RS Bhayangkara, masih melakukan proses identifikasi korban serta menyelidiki dugaan kelalaian konstruksi.

Tragedi ini sekaligus menambah daftar panjang kasus robohnya bangunan pendidikan di Indonesia akibat lemahnya pengawasan dan standar teknis konstruksi. (MU01)

BOX: Rekam Jejak Bangunan Pendidikan Runtuh di Indonesia
Kasus robohnya bangunan pesantren di Sidoarjo bukan yang pertama. Berikut beberapa peristiwa serupa dalam satu dekade terakhir:

• September 2024 – Atap Sekolah Ambruk di Bekasi
Sebanyak 12 siswa SMP terluka setelah ruang kelas roboh saat kegiatan belajar. Investigasi mengungkap konstruksi tak sesuai standar.

• Juli 2023 – Bangunan SD di Lombok Tengah Runtuh
Satu guru meninggal dunia, beberapa siswa luka-luka. Diduga akibat material bangunan yang rapuh dan minim perawatan.

• November 2022 – Masjid Pondok Pesantren di Blitar Ambruk
Puluhan santri luka-luka. Laporan menyebut struktur bangunan tidak pernah diuji kelayakannya.

• Februari 2020 – Atap Madrasah Aliyah di Serang Jebol
Enam siswa tertimpa reruntuhan. Pemeriksaan menemukan penggunaan material murah demi menekan biaya.

Catatan Kritis:
Deretan kasus ini menunjukkan pola berulang: lemahnya pengawasan, standar konstruksi yang diabaikan, serta kurangnya kesadaran bahwa bangunan pendidikan menuntut standar keamanan tinggi.

Share this article