MonitorUpdate.com – Rektor Universitas Paramadina, Didik J. Rachbini, menilai wacana pengambilalihan paksa saham PT Bank Central Asia Tbk (BCA) oleh pemerintah sebagai ide berbahaya dan menyesatkan. Ia menyebut narasi itu bisa merusak kepercayaan pasar dan mengacaukan sistem ekonomi-politik Indonesia.
“Tidak ada angin, tidak ada sebab, tiba-tiba muncul usul dari partai politik dan DPR agar pemerintah mengambil alih paksa saham BCA. Ini ide yang tidak waras. Kalau diteruskan, sistem ekonomi politik Indonesia bisa rusak dan jadi hutan rimba,” kata Didik dalam keterangan tertulis, Jumat, 22 Agustus 2025.
Menurut dia, perbankan Indonesia sudah melalui proses restrukturisasi panjang sejak krisis 1998 hingga pandemi Covid-19, dan terbukti mampu bertahan. Karena itu, ia menilai mengusik kepemilikan bank swasta seperti BCA hanya akan menimbulkan ketidakpastian.
“Jika ide sesat ini dilakukan, kepercayaan pasar akan runtuh. Bank tidak akan dipercaya lagi, dan tidak bakal ada yang menyarankan investasi di BCA,” ujarnya.
Didik menegaskan bahwa BCA maupun bank-bank pelat merah (Himbara) telah menjadi pilar ekonomi nasional. Ia menyebut usulan akuisisi paksa sebagai bentuk “anarkhi politik kebijakan.”
Meski begitu, ia menyambut positif klarifikasi Wakil Menteri BUMN Rosan Perkasa Roeslani, yang menegaskan pemerintah maupun Danantara tidak punya rencana membeli saham mayoritas BCA. “Enggak ada,” kata Rosan seusai rapat dengan Komisi XI DPR pada 19 Agustus lalu.
Didik menambahkan, ketegasan pemerintah diperlukan untuk mencegah spekulasi politik dan menjaga iklim usaha. “Negara harus membangun pasar yang sehat, mendorong pertumbuhan usaha yang kuat. Bukan malah ikut campur secara tidak bermutu dan merusaknya,” ucapnya.
(MU01)