MonitorUpdate.com — Suasana khidmat menyelimuti Kampus Universitas Paramadina, Jakarta Timur, saat Prof. Dr. Iin Mayasari, MM, M.Si. resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar. Tidak sekadar seremoni akademik, momen ini menjadi penanda kuat atas perjalanan ketekunan, transformasi, dan harapan baru dalam dunia pendidikan tinggi, khususnya dalam membentuk konsumen Indonesia yang lebih etis dan bertanggung jawab.
Di hadapan civitas akademika, tokoh pendidikan, dan perwakilan LLDIKTI Wilayah III, Prof. Iin menyampaikan orasi ilmiahnya tentang pentingnya tanggung jawab sosial konsumen di tengah maraknya gaya hidup konsumtif dan fenomena flexing. “Perilaku konsumsi kita bukan cuma soal membeli barang, tapi mencerminkan pilihan moral dan sosial,” tegasnya.

Ia menyoroti bahwa perubahan pola pikir konsumen harus dibentuk sejak dini, melalui pendidikan, keluarga, dan media. Dalam konteks itu, ia mendorong penguatan kurikulum berbasis nilai keislaman, keindonesiaan, dan kemodernan di Universitas Paramadina. “Menjadi konsumen bertanggung jawab bukan soal besar kecilnya daya beli, tapi tentang keberanian mengambil keputusan etis,” ucapnya.
Pengukuhan ini juga menjadi bagian dari capaian institusional Universitas Paramadina yang, dalam enam bulan terakhir, telah mengukuhkan tiga Guru Besar dan tengah mendorong 14 Lektor Kepala untuk menyusul. “Ini bukti bahwa transformasi akademik sedang berlangsung secara serius,” ujar Rektor Paramadina, Prof. Didik J. Rachbini, Ph.D.
Ketua Yayasan Wakaf Paramadina, Hendro Martowardojo, menyebut perjalanan Prof. Iin dari Yogyakarta ke Jakarta sebagai simbol mobilitas ilmuwan perempuan dan cerminan nilai-nilai Paramadina: inklusif, humanis, dan berbasis keilmuan. “Ia merepresentasikan wajah Paramadina yang menjunjung nilai kemanusiaan dan kemajuan intelektual,” katanya.
Plt Kepala LLDIKTI Wilayah III, Tri Munanto, turut menyampaikan apresiasinya. Ia menekankan bahwa gelar Guru Besar bukan sekadar prestise, melainkan langkah strategis dalam menjawab tantangan zaman. “Universitas Paramadina telah menjadi contoh baik dalam membangun kapasitas akademik dosen, dan semoga menginspirasi kampus lain di Jakarta dan sekitarnya,” ujarnya.
Prof. Iin menutup pidatonya dengan seruan reflektif: tanggung jawab sosial bukan beban, tapi kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang bermanfaat. “Diri kita punya otoritas untuk memilih benar atau salah. Dari situlah perubahan sosial bermula,” tutupnya. (01MU)