MonitorUpdate.com — Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggandeng Universitas Paramadina menggelar kampanye “Biasakan yang Benar”, sebuah program edukatif untuk menumbuhkan semangat integritas dan antikorupsi di kalangan mahasiswa.
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari, 8–9 Oktober 2025, di Kampus Universitas Paramadina Cipayung, Jakarta, menghadirkan serangkaian acara seperti talkshow, panggung integritas, workshop media sosial, hingga pertunjukan seni yang dikemas ringan dan interaktif.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Paramadina Dr. Fatchiah E. Kertamuda menegaskan bahwa sejak 2008, Paramadina telah menjadi salah satu kampus pelopor pendidikan antikorupsi di Indonesia dengan menjadikan mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi sebagai mata kuliah wajib.
Baca Juga: Dari Jakarta, Paramadina Kirim Pesan Global soal Demokrasi dan Masa Depan Dunia
“Kesadaran dan aksi kolektif mahasiswa adalah elemen penting agar kampus dapat terus menjaga integritas akademik dan kualitasnya. Melalui program Biasakan yang Benar, kami ingin menjadikan Paramadina teladan institusi pendidikan yang bersih dan akuntabel,” ujarnya dalam sambutan pembukaan.
Belajar dari KPK dan Tokoh Pendidikan
Pada sesi pembuka, Ibnu Basuki Widodo, Pimpinan KPK, berbagi pandangan dalam talkshow bertajuk “Penanganan Korupsi dari Pengalaman Pimpinan KPK”. Ia menyoroti akar persoalan korupsi yang sering kali muncul dari penyalahgunaan kekuasaan dan konflik kepentingan.
“Korupsi tumbuh karena kurangnya keterbukaan dan akuntabilitas. Transparansi menjadi kunci, karena ketika proses tertutup, kepercayaan publik akan hilang,” ujarnya.
Ibnu menjelaskan strategi “trisula pemberantasan korupsi” yang meliputi pendidikan, pencegahan, dan penindakan. Dua aspek pertama, kata dia, harus diperkuat agar korupsi bisa dicegah sebelum terjadi.
Turut hadir Anies Baswedan, tokoh pendidikan yang juga terlibat dalam pengembangan mata kuliah antikorupsi Paramadina. Ia menilai kegiatan ini bukan hanya kampanye moral, melainkan langkah konkret membangun budaya integritas.
“Ini bukan sekadar acara, tapi perjalanan membentuk peradaban berintegritas. Integritas itu tumbuh dari pemahaman, kebiasaan, hingga menjadi budaya,” ujar Anies.
Sementara Wijayanto Samirin, MPP, inisiator mata kuliah antikorupsi Paramadina, menjelaskan bahwa kurikulum tersebut menekankan pendekatan praktis. Mahasiswa tidak hanya belajar di kelas, tetapi juga membuat investigative report, menghadiri sidang Tipikor, dan menulis analisis kasus nyata.
“Melalui pengalaman langsung, mahasiswa belajar memahami bagaimana korupsi terjadi dan bagaimana ia bisa dicegah, mulai dari lingkup kecil,” katanya.
Gerakan Antikorupsi yang Menyenangkan
Kegiatan hari pertama juga menampilkan Panggung Integritas bertema “Tantangan Menjaga Integritas Saat Menindak Koruptor!” yang dikemas secara ringan dengan narasumber dari KPK, dipandu komedian Gilbhas dan Asriana Issa Sofia, serta diiringi penampilan Paramadina Choir.
Hari kedua dilanjutkan dengan Workshop Media Sosial “Optimalisasi Clipper Digital dalam Media Sosial”, menghadirkan Farchan Noor Rachman (ASN Ditjen Pajak) dan Rahardian Shandy Ekohandito (Dosen Paramadina).
Selain itu, Klinik Antikorupsi juga digelar bersama aktivis dan tokoh publik seperti Sherly Annavitas, Rauf Afoche, dan Al Razi Radja Haikal dari KPK. Mereka menyampaikan pesan antikorupsi lewat diskusi santai, cerita, dan humor.
Acara turut dimeriahkan dengan penampilan Angklung Perempuan Indonesia, teater KafHa, serta paduan suara Paramadina Choir. Di area kampus, mahasiswa juga dapat mengikuti quiz berhadiah dan menjelajahi booth edukasi antikorupsi yang menyuguhkan berbagai aktivitas interaktif.
Kampanye “Biasakan yang Benar” menjadi pengingat bahwa pemberantasan korupsi bukan hanya tugas KPK, tetapi juga tanggung jawab setiap warga negara. Dari ruang kampus, pesan itu bergema: mencegah korupsi dimulai dari membiasakan diri berbuat benar, sekecil apa pun.
(MU01)