MonitorUpdate.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digadang-gadang pemerintah pusat untuk meningkatkan gizi anak sekolah justru memicu tragedi di Bandung Barat. Ratusan siswa dari berbagai jenjang pendidikan, mulai PAUD hingga SMA/SMK, mengalami keracunan massal usai menyantap menu MBG pada Senin (22/9/2025).
Gejala mual, muntah, hingga sesak napas dialami ratusan siswa di Kecamatan Cipongkor. Mereka dilarikan ke sejumlah fasilitas kesehatan, mulai dari GOR Kecamatan Cipongkor, RSUD Cililin, Puskesmas Cipongkor, hingga RSIA Anugrah.
“Dari data yang saya dapat sampai Selasa pagi, ada total 364 korban yang terdampak. Sekitar 225 siswa sudah dipulangkan,” ujar Bupati Bandung Barat Jeje Ritchie Ismail.
Baca juga: Ratusan Siswa di Garut Keracunan Usai Santap MBG, Polisi Teliti Sampel Makanan
Status KLB Ditetapkan
Pemkab Bandung Barat langsung menetapkan kasus ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Status ini dikeluarkan agar penanganan lebih cepat dan melibatkan koordinasi lintas instansi. “Fokus utama kami adalah pemulihan korban. Semoga semuanya cepat pulih,” kata Jeje.
Selain mengerahkan tenaga medis tambahan, Pemkab juga menghentikan sementara seluruh operasional Sarana Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di wilayah Cipongkor, termasuk dapur SPPG di Kampung Cipari, Desa Cijambu, yang diduga menjadi sumber makanan bermasalah.
Dugaan Penyebab: Masakan Terlalu Dini
Koordinator SPPG Wilayah Bandung Barat, Gani Djundjunan, menyebut dugaan awal keracunan massal dipicu makanan MBG yang dimasak terlalu dini. “Karena dimasak terlalu cepat, saat dibagikan kondisi makanan sudah tidak layak konsumsi,” ungkap Gani.
Menu MBG yang disajikan kala itu antara lain ayam kecap, tahu goreng, sayur, dan buah-buahan. Beberapa siswa mengaku mencium bau tak sedap ketika membuka kotak makan berbahan stainless tersebut.
“Kebanyakan siswa tidak menghabiskan makanannya. Kami juga sudah mengambil sampel muntahan korban untuk diperiksa di Labkesda Jabar,” jelas Plt Kepala Dinas Kesehatan Bandung Barat, Lia N Sukandar.
Sorotan pada Standar Keamanan Pangan
Pemkab menegaskan investigasi akan difokuskan pada standar pengolahan makanan MBG, mulai dari perizinan dapur hingga higienitas proses masak. “Kalau memang belum layak, harus ada perbaikan serius,” tegas Jeje.
Kasus ini memantik perhatian publik lantaran program MBG merupakan salah satu program unggulan pemerintah pusat yang diklaim untuk mengatasi masalah gizi anak. Namun insiden di Bandung Barat justru membuka pertanyaan besar soal standar keamanan pangan dalam distribusi makanan massal.
Alarm Bahaya bagi Program Nasional
Tragedi Cipongkor menyisakan pertanyaan besar. Program MBG, yang menjadi andalan pemerintah pusat untuk menanggulangi masalah gizi anak, justru menimbulkan korban massal.
Ahli gizi Universitas Padjadjaran mengingatkan soal lemahnya standar keamanan pangan di tingkat dapur. “Distribusi makanan massal itu harus mengikuti standar food safety ketat, mulai dari waktu masak, penyimpanan, hingga distribusi. Kalau diabaikan, risiko keracunan seperti ini pasti terulang,” ujarnya.
Direktur Eksekutif LSM Nutrisi untuk Negeri bahkan lebih keras. “Ini uji coba yang gagal. Anak-anak dijadikan korban. Pemerintah terlalu terburu-buru menjalankan program tanpa memastikan dapur dan SDM-nya siap. Evaluasi total wajib dilakukan,” tegasnya.
Puncak Gunung Es?
Bagi para pengamat, kasus Cipongkor bisa jadi bukan yang terakhir. Dengan cakupan program MBG yang menyasar jutaan siswa di seluruh Indonesia, potensi keracunan serupa bisa terulang bila kontrol mutu tidak diperketat.
“Kalau standar tidak diperbaiki, ini hanya soal waktu sampai kejadian serupa muncul di daerah lain,” kata pakar kebijakan publik dari LIPI.
Kini, ratusan keluarga di Cipongkor hanya bisa berharap anak-anak mereka cepat pulih. Namun di balik itu, publik menanti jawaban: apakah program gizi gratis yang digembar-gemborkan sebagai solusi bisa benar-benar menjamin kesehatan, atau justru menyimpan bom waktu baru?
(MU01)