Sandiaga Uno: Banyak Wirausaha di Indonesia Bukan karena Pilihan, tapi Keterpaksaan

Foto: Arief/Paramadina
Foto: Arief/Paramadina

MonitorUpdate.com — Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, menilai Indonesia masih kekurangan wirausahawan sejati. Menurutnya, sebagian besar pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Tanah Air berwirausaha bukan karena pilihan sadar, melainkan karena keterpaksaan ekonomi.

“Rasio wirausaha Indonesia baru sekitar 3,5 persen dan belum menunjukkan peningkatan berarti. Banyak dari 65 juta pelaku UMKM kita menjalankan usaha karena keadaan, bukan karena semangat membangun nilai,” kata Sandiaga dalam forum Meet the Leaders di Universitas Paramadina, Jakarta, Sabtu (11/10/2025).

Baca Juga: KPK dan Universitas Paramadina Kampanye “Biasakan yang Benar”, Tanamkan Nilai Antikorupsi Lewat Cara Seru

Forum yang digelar di Auditorium Benny Subianto, Trinity Tower itu dibuka oleh Ketua Umum Yayasan Wakaf Paramadina Hendro Martowardojo dan dipandu akademisi Wijayanto Samirin.

Wirausaha Harus Jadi Pilihan Karier Menarik
Sandiaga, yang juga Bendahara Umum Yayasan Wakaf Paramadina, menegaskan pentingnya menumbuhkan “true entrepreneur mindset” — pola pikir wirausaha sejati yang inovatif, adaptif, dan kolaboratif.

“Kewirausahaan harus jadi pilihan karier menarik, bukan jalan terakhir. Kita butuh generasi muda yang memilih menjadi pengusaha karena passion, bukan keterpaksaan,” ujarnya.

Ia menilai peningkatan jumlah wirausahawan sangat penting untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional dan menciptakan kesejahteraan yang inklusif.

Bonus Demografi Tak Cukup, Butuh Bonus Inovasi
Sandiaga mengingatkan bahwa bonus demografi hanya akan membawa manfaat jika disertai peningkatan kualitas sumber daya manusia. “Bonus demografi tidak akan bertahan selamanya. Kalau tidak dikelola, justru bisa jadi bencana demografis,” katanya.

Ia mendorong perguruan tinggi menanamkan nilai inovasi, adaptasi, dan kolaborasi sejak dini agar mahasiswa mampu bersaing di pasar global.

Teknologi AI dan Dukungan terhadap Produk Lokal
Dalam sesi diskusi, Sandiaga menyoroti peran penting kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam mendongkrak produktivitas bisnis. Berdasarkan pengalamannya, pemanfaatan AI yang tepat bisa meningkatkan efisiensi hingga 40 persen.

“AI bisa bantu bikin materi promosi, analisis pasar, dan mempercepat proses bisnis. Tapi penggunaannya harus bijak agar tidak menimbulkan masalah,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya gerakan nasional mencintai produk lokal. Sandiaga mencontohkan keberhasilan merek sepatu Indonesia yang menembus Paris Fashion Week sebagai bukti kualitas produk nasional mampu bersaing di tingkat global.

“Masyarakat kita harus punya semangat seperti Korea, yang bangga pakai produk dalam negeri. Tidak cukup beli, tapi juga gunakan dan beri masukan agar produk terus berkembang,” kata Sandiaga.

Empat Kunci Bertahan di Era Disrupsi
Menutup paparannya, Sandiaga membagikan empat kunci ketahanan dalam menghadapi tantangan global: sense (kepekaan), agility (ketangkasan), strive (semangat pantang menyerah), serta kemampuan membangun bisnis yang tangguh dan fleksibel.

“Sense artinya peka terhadap situasi dan tidak pamer berlebihan seperti flexing. Agility berarti tangkas terhadap perubahan, dan strive menggambarkan semangat untuk terus unggul,” ujarnya.

Sandiaga optimistis, jika generasi muda mampu mengasah kreativitas dan semangat wirausaha, Indonesia bisa memanfaatkan momentum menuju Indonesia Emas 2045.

“Kita punya peluang besar menjadi kekuatan ekonomi global, asal mau berubah dan beradaptasi,” tegasnya. (MU01)

Share this article