Ulama Al-Azhar di Jakarta: Cinta Tanah Air Sejalan dengan Ajaran Islam

Photo: Ist

MonitorUpdate.com – Di tengah menguatnya perdebatan soal identitas kebangsaan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta dan Universitas Islam As-Syafi’iyyah (UIA) menggelar seminar internasional. Para ulama dan akademisi menekankan bahwa Islam tidak bertentangan dengan nasionalisme, justru memberi dasar kuat bagi persatuan bangsa.

Seminar internasional yang bertajuk “Islam and National Identity: From Religious Affiliation to Social Responsibility” digelar di Graha Alawiyah, Kampus UIA, Jakarta, Selasa (30/9/2025).

Seminar ini membahas hubungan erat antara ajaran Islam, identitas kebangsaan, dan tanggung jawab sosial. Rektor UIA, Prof. Dr. Masduki Ahmad, menekankan pentingnya ruang akademis sebagai wadah dialog untuk menjawab tantangan globalisasi yang kerap mengikis identitas bangsa.

Baca Juga: TRIKABTA Islamic Fair 2024: Saat Polisi, Ulama, dan Siswa Bersatu Lawan Narkoba

“Dialog akademis seperti ini penting agar umat Islam tetap mampu menjaga keseimbangan antara iman, kebangsaan, dan tanggung jawab sosial,” ujar Masduki.

Ketua Umum MUI DKI Jakarta, KH. Muhammad Faiz, menambahkan, Islam menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, bahkan dalam kondisi peperangan. “Islam mewajibkan umatnya berlaku baik terhadap tawanan maupun masyarakat sipil,” tegasnya.

Sorotan utama datang dari Prof. Dr. Syeikh Muhammad Salim Abu ‘Ashi, Guru Besar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dari Universitas Al-Azhar, Kairo. Ia menegaskan bahwa Islam tidak boleh dipahami hanya lewat tafsir pribadi tanpa landasan keilmuan.

“Pemahaman Islam harus berangkat dari Al-Qur’an dan Hadits, dipandu oleh ulama yang memiliki kapasitas ilmiah dan moral. Tanpa itu, akan timbul kesalahpahaman yang bisa merugikan umat,” ujarnya.

Menurutnya, cinta tanah air tidak bertentangan dengan ukhuwah Islamiyah yang bersifat universal. Justru, kecintaan pada tanah tumpah darah merupakan fitrah manusia yang mendapat legitimasi dalam fikih dan kaidah ushul fikih.

“Agama diturunkan Allah untuk kemaslahatan individu maupun kolektif. Karena itu, cinta tanah air sejalan dengan semangat Islam,” kata Syeikh Abu ‘Ashi.

Ia juga menekankan pentingnya menghargai keberagaman bangsa, budaya, ras, dan agama sebagai kehendak Allah. Prinsip lita’arafu (saling mengenal) harus dimaknai sebagai pengakuan atas perbedaan, yang melahirkan pemahaman mendalam dan mendorong umat manusia untuk fastabiqul khairat (berlomba dalam kebaikan).

“Identitas muslim sejati adalah yang mampu memberi kontribusi positif bagi kebangsaan dan persaudaraan,” pungkasnya.

Acara berlangsung interaktif dengan sesi tanya jawab. Hadir dalam kesempatan itu Sekretaris Umum MUI DKI KH. Auzai Mahfuz, Ketua Yayasan Perguruan Tinggi As-Syafi’iyyah Prof. Dr. H. Dailami Firdaus, pengurus MUI, serta dosen dan mahasiswa UIA.

(MU01)

Share this article